Dampak
Makanan Siap Saji Bagi Tubuh
PERUBAHAN gaya
hidup dan perilaku makan telah menimbulkan masalah gizi ganda yaitu
masalah gizi lebih dan gizi kurang dengan berbagai risiko penyakit
yang ditimbulkannya. Sekarang ini makanan siap saji merupakan makanan
yang paling banyak dikonsumsi, dan banyak menimbulkan pro dan kontra.
Dari satu sisi
ibu rumah tangga yang juga bekerja di luar rumah, makanan siap saji
memberikan keuntungan dan kemudahan dalam penyajian. Akan tetapi,
makanan siap saji yang dipasarkan saat ini menggunakan berbagai BAHAN
aditif yang bertujuan untuk mengawetkan dan memberikan citarasa yang
lebih baik pada produknya.
Kekhawatiran
yang muncul akibat adanya bahan aditif ini adalah adanya efek negatif
dari bahan tersebut yang berdampak pada kesehatan konsumen. Selain
dari bahan aditif, efek tersebut juga dapat berasal dari kemasan yang
digunakan. Efek negatif yang dapat terjadi antara lain dihubungkan
dengan penyakit degeneratif.
Upaya pencegahan
dampak negatif dapat dilakukan secara internal yaitu peranan ibu
rumah tangga dalam penyajian pangan lebih mengutamakan makanan
tradisional yang sehat, sedangkan upaya eksternal adalah meningkatkan
kepedulian pemerintah, LSM, dan produsen terhadap bahaya zat aditif
makanan siap saji.
Kemajuan ilmu
dan teknologi berkembang dengan pesat di berbagai bidang, termasuk
bidang pangan, kemajuan teknologi ini membawa dampak positif maupun
negatif. Dampak positif teknologi tersebut mampu meningkatkan
kuantitas dan kualitas pangan, juga meningkatkan diversifikasi,
higienitas, sanitasi, praktis dan lebih ekonomis. Dampak negatif
kemajuan teknologi tersebut ternyata cukup besar bagi kesehatan
konsumen dengan adanya penggunaan zat aditif yang berbahaya.
Pola kehidupan
masa kini dicirikan dengan tingginya biaya hidup, emansipasi atau
karena alasan lain menyebabkan wanita bekerja di luar rumah. Data
statistik tahun 2002 menunjukkan, wanita yang bekerja pada angkatan
kerja berjumlah 33,06 juta atau 44,23% dari jumlah total usia wanita
antara 15-60 tahun (BPS, 2002).
Wanita sebagai
ibu rumah tangga dan sebagian lain berprofesi bekerja di luar rumah,
karena keterbatasan waktu dan kesibukan, serta sulitnya mencari
pramuwisma menyebabkan makanan siap saji menjadi menu utama
sehari-hari di rumah. Ritme kehidupan yang menuntut segala sesuatu
serbacepat, waktu terbatas, anak harus pergi sekolah sementara ibu
dan bapak harus segera berangkat kerja, sebagai jalan pintas untuk
sarapan disediakanlah makanan siap saji yang memakan waktu penyiapan
3 sampai 5 menit. Siang hari pulang sekolah ibu dan bapak masih
bekerja di kantor, anak-anak kembali menikmati makanan siap saji ini.
Selain mudah disajikan makanan ini umumnya mempunyai cita rasa yang
gurih dan umumnya disukai, terutama anak-anak usia sekolah.
Masalah lain
yang jadi fenomena di masyarakat adalah tersedianya berbagai jajanan
yang dikemas dapat dipastikan “kaya” zat aditif. Tercatat 13
jenis camilan ringan (snack) mengandung bahan aditif
dalam kandungan yang cukup tinggi. Pertanyaan yang muncul adalah
sejauh manakah bahan-bahan aditif tersebut terkonsumsi dan
terakumulasi dalam tubuh? Bagaimana dampaknya bagi kesehatan? Dan
bagaimana tindakan konsumen terutama ibu-ibu rumah tangga dalam
memilih, mengolah makanan yang aman, higienis, cukup gizi dan
menyehatkan anggota keluarganya?
Berdasarkan
pertanyaan tersebut, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
memberikan informasi lebih lanjut terhadap bahaya zat aditif dan
kemasan pada makanan siap saji terhadap kesehatan konsumen.
Makanan
siap saji
Makanan siap
saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah
disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan
tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan
teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan
dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Makanan siap saji
biasanya berupa lauk pauk dalamkemasan, mi instan, nugget,
atau juga corn flakes sebagai makanan untuk sarapan.
Zat aditif
adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas, menambahkan rasa dan memantapkan
kesegaran produk tersebut. Menurut Majeed (1996), zat aditif dapat
dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan tujuan penggunaannya,
yaitu: agen emulsi yaitu aditif yang berbahan lemak dan air semacam
lesitin, agen penstabil dan pemekat contohnya alginat dan gliserin,
agen penghalang kerak untuk mencegah penggumpalan, agen peningkatan
nutrisi contohnya berbagai vitamin, agen pengawet contohnya garam
nitrat dan nitrit, agen antioksidan contohnya vitamin C dan E ; BHT
(Butylated Hydroxy-Toluen) dan BHA (Butylated
Hydroxy-Anisol), agen pengembang untuk roti dan bolu, agen
penyedap rasa semisal monosodium glutamat (MSG), bahan
pewarna.
Selain sembilan
zat aditif tadi, Denfer (2001) juga menyatakan terdapat bahan lain
yang ditambahkan dalam makanan di antaranya: agen peluntur, lemak
hewani, bahan pengasam, bahan pemisah, pati termodifikasi, alkohol,
dan gelatin.(Berbagai sumber)***
Jumat, 16 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar